SEKOLAH menengah Kejuruan (SMK) memiliki keterkaitan
dan hubugan yang kuat dengan dunia usaha. Hal ini karena para lulusan SMK
memang diharapkan bisa langsung mengisi kesempatan kerja yang ada di dunia
usaha dan dunia industri.
Di sinilah bedanya SMA dan SMK. Jika para lulusan SMA
diarahkan untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, para lulusan SMK
telah dipersiapkan kompetensinya sejak awal, sehingga mereka bisa langsung
terjun ke dunia usaha dan dunia industri setelah mereka tamat.
Namun demikian, tidak berarti bahwa lulusan SMK tidak
dianjurkan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi, atau
sebaliknya, tidak berarti pula bahwa lulusan SMA tidak memiliki kemampuan dasar
untuk langsung terjun ke dunia usaha dunia industri.
Persoalan yang banyak dihadapi SMK, baik negeri dan
swasta adalah kalah cepat perkembangan kurikulum dengan perkembangan teknologi
dan informasi di dunia usaha dan dunia industri. Ketika sekolah masih
membicarakan dasar-dasar sebuah teknologi maupun informasi, di lapangan hal ini
sudah diterapkan. Sehingga, banyak siswa yang pada saat melakukan on the job
trainning atau praktik kerja industri, kebingungan. Sebab, apa yang mereka
pelajari di sekolah sudah jauh berkembang, dan bahkan tidak jarang tidak lagi
dipakai sama sekali di dunia usaha dan dunia industri.
Seperti di contohkan, ketika sekolah masih mengajar
bidang studi Kearsipan menggunakan kertas, di dunia usaha bahkan sudah
berkembang kearsipan sistem elektronik mengandalkan komputer yang hampir tak
lagi menggunakan kertas. Sehingga sudah jauh lebih berkembang dibanding apa
yang dipelajari di sekolah.
Contoh lain, untuk sekolah SMK jurusan mekanik. Ketika
di sekolah masih belajar memperbaiki kendaraan bermotor roda empat yang
menggunakan karburator, di pasar sudah beredar mobil yang tidak lagi memakai
karburator. Ini jelas beda penanganannya. Jika sekolah tidak mengajarkan siswa
tentang teknologi ini, maka lagi-lagi siswa akan kebingungan ketika mengadakan
magang atau yang dikenal dengan istilah Pendidikan Sistem Ganda (PSG).
Untuk itu, agar apa yang diajarkan di sekolah bisa
disinergikan, maka pihak sekolah harus melakukan kemitraan dengan dunia usaha,
dan itu harus diaplikasikan dalam proses belajar mengajar.
Kemitraan ini harus masuk dalam program sekolah dengan
perencanaan yang baik, dan sudah dialokasikan waktu khusus dalam proses belajar
mengajar. teknis pelaksanaannya, sekolah tidak saja melibatkan dunia usaha dan
dunia industri dalam kepengurusan Komite Sekolah ataupun Majelis Sekolah.
Apalagi, keterlibatan seperti ini tidak jarang hanya bersifat formalitas dan
fasif. Namun, dunia usaha benar-benar dijadikan mitra sekolah dalam
pengembangan proses belajar mengajar, termasuk pengembangan kurikulum sekolah.
Keterlibatan mereka-mereka dari dunia usaha dan dunia
industri itu harus bersifat aktif dan benar-benar memberikan kontribusi kepada
sekolah dalam hal transformasi ilmu terapan kepada siswa.
Mereka yang sudah terlibat langsung ini, dijadwalkan
secara khusus dan berkala untuk memberikan bimbingan kepada siswa. Sistemnya
bisa klasikal untuk teori dan praktik langsung untuk informasi yang semestinya
harus dipraktikkan.
Ada satu nilai plus orang-orang teknis dari dunia
usaha maupun praktisi dalam mentransformasi ilmunya, yakni mereka lebih
bersifat praktis dan to the point, sehingga siswa benar-benar memahami apa yang
disampaikan, apalagi apa yang mereka sampaikan sebagian besar adalah apa yang
saat ini mereka kerjakan di tempat kerja masing-masing.
Untuk itu, sekolah haruslah memiliki orang-orang yang
mampu membawa masuk perwakilan dunia usaha dan dunia industri ke sekolah dengan
sebanyak-banyaknya. Ini jelas bukan pekerjaan gampang. Dengan masuknya
orang-orang dunia usaha, para guru tak perlu merasa tersaingi, tapi jadikan
sebagai laman untuk menambah wawasan, sehingga transformasi ilmu tidak saja
terjadi kepada siswa, tapi juga kepada guru.
Cara lain yang bisa dilakukan adalah dengan
memagangkan guru ke dunia usaha dan dunia industri. Artinya, untuk kolaborasi
itu, banyak cara yang bisa dilakukan sekolah. Kuncinya mau, dan tak satu
jalannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar